Kata-kata
dalam setiap bahasa dapat di kelompokan dalam kelompok-kelompok tertentu yang
maknanya saling berkaitan atau berdekatan karena sama-sama berada dalam satu
bidang kegiatan atau keilmuan. Umpamanya kata-kata menyalin, menghapal, menyonek, belajar, ujian, tes, guru, murid,
catatan, dan buku dapat
dilkelompokanmenjadi satu karena semuanya berada dalam satu bidang pendidikan
dan pengajaran. Tetapi disamping itu setiap kata dapat juga di analisis
maknanya atau komponen-komponen makna tertentu sehingga akan tampak perbedaan
dan persamaan makna antara kata yang satu dengan kata yang lainya.
Kedua
masalah yang saling berkaitan ini akan dibicarakan berikut ini
6.1 MEDAN MAKNA
Harimurti
( 1982 ) menyatakan bahwa medan makna adalah bagian dari sistem semantik bahasa
yangmenggambarkan baian dari bidang kebudayaanatau realitas dalam suatu semesta
tertentu yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya
berhubungan. Kata atu unsur leksikal yang maknanya berhubungan dalam satu
bidang tertentu jumlahnya tidak sama dari satu bahasa dengan bahasa lain, sebab
berkaitan erat dengan kemajuan atau situasi budaya masyaarakat bahasa yang
bersangkutan. Nama-nama warna dalam bahasa indonesia adalah : coklat, merah, biru, hijau, kuning, dan abu abu ; dalam hal ini putih dan hitam menurut fisika adalah bukan warna ; atau lebih tepat, putih adalah kumpulan segala macam
warna, sedangkan hitam adalah tidak
ada warna sama sekali. Lalu, untuk membedakan perbedaan nuansa warna dari
nama-nama warna pokok itu biasanya diberi keterangan perbandingan di belakang
nama warna itu. Misalnya merah tua, merah
muda, merah darah, merah hati, dan sebagainya.
Nama-nama
istilah perkerabatan dalam bahasa indonesia adalah anak, cucu, cicit, piut,
bapak/ayah, ibu, kakek, nenek, moyang, buyut, paman, bibi, saudara, kakak,
adik, sepupu, kemenakan, istri, suami, ipar, mertua, menantu, dan besan.
Kiranya istilah perkerabatan dalam bahasa Indonesia masaih belum lengkap. Kita
belum punya istilah untuk hubungan antara ego, misalnya, dengan ; (1) anak dari
kemenakan, (2) anaak dari sepupu, (3)anak dari besan yang bukan menantu, (4)
anak dari moyang, (5) anak daari piut, dan sebagainya.
Kata
kata yang berada dalam satu medan makna dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
yang termasuk golongan kolaksi dan
golongan set.
Kolaksi menunjukan kepada hubungan
sintagmatik yang terjadi antara kata
kata atau unsur unsur leksikal itu. Misalnya, pada kalimat Tiang layar perahu nelayan itu patah di hantam badai, lalu perahu itu
digulung ombak, dan tenggelam beserta isinya, kita dapati kata kata layar , perahu, nelayan, badai, ombak dan
tenggelam yang merupakan kata kata
dalam satu kolakasi ; satu tempat atau lingkungan. Jadi kata kata yang
berkolakasi ditemukan bersama atau berada bersama dalam satu tempat atau satu
lingkungan.
Set menunjuk pada hubungan
paradigmatik karena kata kata atau unsur unsur yang berada dalam suatu set
dapat saling menggantikan. Suatu set biasanya berupa sekelompok unsur leksikal
dari kelas yang sama yang tampaknya merupakan satu kesatuan. Setiap unsur
leksikal dalam suatu set dibatasi oleh tempatnya daalam hubungan dengan anggota
anggota dalam set tersebut. Misalnya kata remaja
merupakan tahap pertumbuhan antara kanak-kanak
dengan dewasa ; sejuk adalah suhu diantara dingin
dengan hangat.
6.2 KOMPONEN
MAKNA
Komponen
makna atau kompenen semantik mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal
terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata
atau makna unsur leksikal tersebut.mislanya,kata ayah mengandung komponen makna atau unsur makna : +insan, +dewasa,
+jantan, dan +kawin; maka kalau dibandingkan kata ayah dan ibu adalah
menjadi sebagai berikut
Komponen
makna
|
ayah
|
ibu
|
1. insan
|
+
|
+
|
2. dewasa
|
+
|
+
|
3. jantan
|
+
|
-
|
4. kawin
|
+
|
+
|
Keterangan: tanda + berarti mempunyai
komponen makna tersebut, dan tanda – berarti tidak mempunyai komponen makna
tersebut.
6.3KESESUAIAN
SEMANTIS DAN GRAMATIS
Seorang
bahasawan atau penutur suatu bahasa dapat memahami dan menggunakan bahassanya
bukanlah karena dia menguasai semua kalimat yang ada didalam bahasanya itu,
melainkan karena adanya unsur kesesuaian atau kecocokan ciri-ciri semantik
antara unsur leksikal yang satu dengan unsur leksikal yang lain. Umpamanya,
antara kata wanita dan mengandung ada kesesuaian ciri semantik.
Tetapi antara kata jejaka dan mengandung tidak ada kesesuaian ciri
itu. Mengapa demikian ? karena pada kata wanita ada ciri (+mengandung)
sedangkan pada kata jejaka ada ciri (-mengandung).
ciri
|
wanita
|
jejaka
|
insan
|
+
|
+
|
mengandung
|
+
|
-
|
Kesesuaian ciri ini berlaku bukan hanya pada unsur
unsur leksikal saja, tetapi juga berlaku antara unsur leksikal dan unsur
gramatikal. Umpamanya, kata seekor hanya
sesuai dengan kata ayam tetapi tidak
sesuai dengan kata ayam-ayam, yaitu
bentuk reduplikasi dari kata ayam.